MAKASAR sebagai salah satu kota besar bagian timur Indonesia sangat kaya dengan destinasi wisatanya yang unik dan menarik. Rasanya ingin garuk-garuk meja mustahil menjelajah Makasar hanya dalam waktu sehari.
Akan tetapi, sayang jika ada waktu sehari di Makasar hanya dihabiskan untuk belanja di Jalan Somba Opu, selfie-selfie atau puas-puasin WiFi-an di penginapan. Makanya begitu ada sisa waktu sehari, Lelaki Berciput itu langsung terjun bebas buka google map mencari wisata Makasaryang bisa dijelajah seharian,cek transportasi, danmenghitung waktu jarak tempuhsupaya sebelum asar sudah di penginapan untuk mengejar pesawat kembali ke Bandung.
Begitu semua siap, usai sarapan, Lelaki Berciput sudah nangkring di atas motor ojek untukmenjelajah Makasar.Sasaran pertamanya Benteng Somba Opu di Jalan Daeng Tata. Kurang lebih 30 menit kemudian, dia tiba di sana.
Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu ternyata bentuknya tidak terlihat seperti benteng, hanya sisa-sisa reruntuhan bangunan dengan beberapa dinding yang masih tersisa.Bentuk benteng hingga kini belum diketahui secara pasti meski upaya ekskavasi terus dilakukan.
Menurut peta yang ada di sana, benteng berbentuk segi empat dengan luas 1.500 hektar, memanjang 2 kilometer dari barat ke timur. Tinggi dinding benteng yang terlihat saat ini 2 meter, padahal tinggi sebenarnya antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.
Benteng Somba Opu sekarang dijadikan kompleks Miniatur Budaya Sulawesi Selatan. Wisatawan dapat menikmati bentuk-bentuk rumah tradisional seperti rumah tradisional Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar. Sayang sekali beberapa bangunan tidak terawat, bahkan ada yang menempati secara ilegal.
Benteng dibangun Sultan Gowa ke-IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada pertengahan abad ke-16, benteng menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa.
Pada 24 Juni 1669, benteng dikuasai VOC kemudian dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Tahun 1980-an, benteng ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuan dan tahun 1990 bangunan benteng direkonstruksi kembali hingga sekarang.
Pantai Losari
Lelaki Berciput lanjut membelah pagi menjelajah Makasar menuju Pantai Losari di Jalan Penghibur. Udara pagi Pantai Losari sama sekali tidak beraroma lautkarena jarak pantai dan laut lepas cukup jauh. Sepanjang pantai dibuat jogging track yang berpusat pada anjungan Pantai Losari.
Pantai indah dan bersih ini dahulu hanyalah Pasar Ikan yang digelar setiap pagi. Sore hari dimanfaatkan pedagang jajanan khas Makassar seperti pisang epe dan makanan ringanlainnya.
Anjungan sebenarnya beton bendungan air yang memanjang sepanjang 910 meter. Digagas oleh Pemerintah Wali Kota Makassar, DM van Switten (1945-1946). Bendungan diperluas hingga menjorok ke pantai. Di bawah bendungan, dimanfaatkan untuk buangan limbah kota.
Pembangunan anjungan dimulai tahun 1945. Mulai dari desain dan pembetonan lantai dasar hingga pemasangan lantai. Beton dibangun untuk melindungi objek dan sarana strategis warga di Jalan Penghibur dari derasnya ombak Selat Makassar. Setelah rampung dan dimanfaatkan warga, anjungan kemudian dikenal sebagai Pantai Losari.
Masjid Apung
Kawasan Pantai Losari ada masjid apung –Masjid Amirul Mukminin yang dibangun dengan arsitek modern, berlantai tiga, dan dilengkapi dua menara serta dua kubah berwarna biru. Jika laut pasang, masjid benar-benar terlihat seolah terapung di atas Selat Makasar.
Pembangunan masjid menghabiskan dana sekitar 9 Miliar, sumbangan para dermawan di Makassar. Meskipun ukuran masjid tidak begitu luas, namun mampu menampung sekitar 400 jamaah. Masjid menyempurnakan kecantikan Pantai Losari.
Benteng Fort Rotterdam
Lelaki Berciput lalu menyusuri Jalan Penghibur hingga masuk Benteng Fort Rotterdam. Benteng terlihat cerah dengan dominasi cat warna kuning kalem. Taman yang berada di tengah benteng ditata apik dan bersih.
Benteng dengan luas 28.595,55 meter persegi tersebut memiliki 15 bangunan yang dipagari tembok teknik susun timbun dengan balok batu cadas. Rata-rata balok berukuran panjang 44-62 cm, lebar 21-34 cm dengan ketebalan 10-20 cm. Tingginya antara 5-7 meter.
Dalam benteng ada Museum La Galigo yang menyimpan sebagian sejarah Kota Makassar, khususnya jejak kejayaan kerajaan Gowa, lengkap dengan khasanah budaya suku Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja. Adajuga bangunan dua lantai berukuran tidak lebih dari 6X5 meter persegiyang pernah menjadi penjara Pangeran Diponegoro.
Fort Rotterdam, merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Dahulu dikenal dengan nama Benteng Panyuwa karena denahnya mirip penyu. Bagi warga Gowa, penyu memiliki makna khusus, yaitu kedigdayaan kerajaan Gowa baik di darat maupun di laut.
Benteng dibangun oleh Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karang Manguntungi Tumaparisi Kallona. Selesai dibangun pada tahun 1545 M oleh penerusnya, Raja Gowa X, Manriwa Gau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng.
Pada masa penjajahan Belanda abad 17, benteng diserahkan kepada Belanda. Benteng yang pada masa awal berdiri bertiang tinggi khas bangunan tradisional Makassar direnovasi hingga berarsitektur Portugis hingga sekarang.
Pulau Samalona
Lelaki Berciput lantas menuju dermaga kecil di depan benteng yang penuh dengan boat. Ada rombongan wisatawan lokal akan menuju Pulau Samalona. Tanpa banyak pertimbangan, Lelaki Berciput bergabung dengan mereka. Setengah jam kemudian, boat tiba di dermaga Samalona.
Mata Lelaki Berciput langsung berbinar melihat pulau cantik dengan air laut yang bening dan pasir putih yang bersih Pulau Samalona. Saat turun, terlihat papan bertulis daftar nama pemilik Samalona yang tidak terlalu luas. Pulau bisa dikelilingi dengan berjalan kaki sekitar 20-30 menit.
Wisatawan yang berkunjung ke Samalona bisa melakukan diving, snorkeling, berenang, atau sekadar duduk santai di tepian pantai, di bawah pohon rindang sambil menikmati kelapa muda dan ikan bakar yang banyak ditawarkan. Seperti yang dilakukan Lelaki Berciput, usai berkeliling dan bercengkerama dengan bintang laut biru dia duduk-duduk santai. Jika beruntung, wisatawan bisa menikmati sunrise maupun sunset.
Samalona menyediakan penginapan mulai dari guest house sederhana hingga vila di salah satu sudut pulau. Selain itu ada toko kelontong yang menyewakan peralatan snorkeling, ban untuk berenang, bale-bale untuk menikmati keindahan pantai dengan tanpa takut terbakar sinar matahari, dan musala.
Sebelum matahari tergelincir, rombongan Lelaki Berciput menyudahi jelajahnya dan kembali ke Kota Makasar. Sebelum menuju hotel, sejenak dia mencicipi jajanan dan kuliner Makasar di Pusat Kuliner yang berada persis di depan anjungan Pantai Losari.Adaseafood dari aneka ragam ikan laut yang masih segar, mie kering khas Makassar, Sop Pallubasa, Sop Konro, dan Coto Makassar.
Lengkap sudah jelajah sehari yang dilakukan Lelaki Berciput di Kota Makasar sebelum akhirnya kembali ke penginapan, bebersih, dan mengejar mas-mas penerbangan malam ke Bandung. Ternyata sebuah penjelajahan, walau sehari, jika dilakukan dengan terencana itu sangat menyenangkan. Nggak percaya? Coba aja!
@KreatorBuku
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 5: Jelajah Sulsel“ yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID